Language
Blog Archive
-
►
2010
(2)
- ► 02/28 - 03/07 (1)
- ► 01/24 - 01/31 (1)
-
▼
2009
(14)
- ► 05/10 - 05/17 (1)
- ► 05/03 - 05/10 (1)
- ► 03/22 - 03/29 (1)
- ► 03/01 - 03/08 (3)
- ► 02/22 - 03/01 (2)
- ► 02/08 - 02/15 (1)
- ▼ 02/01 - 02/08 (3)
- ► 01/11 - 01/18 (1)
- ► 01/04 - 01/11 (1)
-
►
2008
(16)
- ► 12/21 - 12/28 (3)
- ► 11/30 - 12/07 (3)
- ► 11/23 - 11/30 (4)
- ► 11/16 - 11/23 (6)
Category
- Antena Omni (1)
- Application (1)
- Kreativitas (8)
- Ms Excel (5)
- Network (7)
- Review (2)
About Me
Konsep Dasar Aplikasi Periklanan (BAB I)
Kali ini saya ingin mengajak Anda menelusuri sejenak dunia periklanan dan aplikasi yang biasa digunakan, yaitu CorelDRAW X3, yang adalah program desain grafis berbasis vektor. CorelDRAW merupakan salah satu alat pemroses karya visual yang dihasilkan oleh Corel Corporation.
Iklan atau advertisment secara singkat dapat diartikan sebagai seluruh proses merencanakan, menciptakan, dan melaksanakan pembuatan iklan dengan menggunakan komunikasi 6 unsur (5W + 1H) sehingga dapat membawa Persuasive Selling Message dan menghasilkan kepuasan, desirable, dan believable bagi konsumen.
Pada dasarnya iklan tidak dapat berdiri sendiri, ia harus ditunjang oleh keberhasilan unsur-unsur lainnya, seperti: distribution, branding, pricing, publicity, personal selling, direct selling, sales promotion, dan public relation.
Iklan tidak dapat menghasilkan penjualan seketika. Dalam hal ini, iklan sangat berkaitan erat dengan apa yang disebut sebagai Sales Process: Unaware (tidak tahu) -- Aware (tahu) -- Comprehend (memahami) -- Convinced (yakin akan benefit-nya) -- Action (membeli) -- Keep purchase (terus membeli).
Strategi Kreatif dalam Penyampaian Iklan
Dalam penyampaian iklan sangat dibutuhkan strategi, tentunya strategi yang kreatif. ‘Kreatif‘ dalam hal ini adalah menarik dan menjual. Artinya, dari segi pendekatan visual maupun copywriting, iklan tersebut mampu menarik khalayak untuk melihat, mengerti, dan kemudian mengambil tindakan yang diharapkan dari iklan, yaitu membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Jadi, iklan yang baik bukan hanya lama tertanam dalam benak konsumen, tetapi
harus mampu menggerakkan khalayak untuk membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Pada bulan Mei-Juni 2001, Marketing Research Indonesia (MRI) pernah melakukan riset mengenai sikap konsumen terhadap iklan.
Survei dilakukan di enam kota: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar, dengan mewawancarai 1.422 ibu rumah tangga dari semua kelas sosial.
Survei tersebut menemukan tiga kelompok ibu rumah tangga yang memiliki pandangan berbeda terhadap iklan, terutama iklan televisi. Mereka adalah kelompok Moralists (756 responden), yang sebagian besar menilai sisi negatif iklan lebih banyak ketimbang positifnya. Kelompok ini paling kritis dibanding yang lain. Mereka juga curiga bahwa iklan membuat harga produk menjadi mahal. Menurut mereka, produk yang baik seharusnya tidak perlu banyak beriklan.
Kelompok kedua terbesar adalah Ad Lovers (503). Hampir semua anggota kelompok ini melihat iklan bermanfaat sebagai penyampaian informasi produk, dan merekalah kaum ibu yang paling
banyak menikmati iklan televisi.
Kelompok terakhir dan yang paling sedikit jumlahnya adalah Ad Experts (163). Mereka paling mengerti iklan, baik sisi positif maupun negatifnya. Mereka yakin hanya produk yang bonafid yang mampu beriklan di televisi. Mereka juga percaya bahwa iklan membiayai kehidupan media. Namun, dampak negatif iklan adalah mendorong konsumerisme. Kesimpulan yang bisa ditarik dari survei MRI tersebut adalah, kendati bersikap kritis, pada dasarnya masyarakat menyadari manfaat iklan sebagai salah satu sumber informasi produk di pasar. Mereka juga menikmati iklan-iklan bersifat entertaining, yakni yang memiliki sentuhan humor.
Satu hal yang menarik dari hasil survei itu adalah beragamnya respon konsumen terhadap iklan yang dibuat, terlepas dari semua strategi kreatif dalam penyampaian pesan yang digunakan.
Dasar dari semua komunikasi adalah menciptakan stimulus untuk mendapatkan respon dari khalayak sasaran. Nah, stimulus inilah yang merangsang sebuah respon tertentu yang kita harapkan. Apakah itu berupa situasi yang dekat dengan konsumen, baik berupa humor, pendekatan lewat warna, bentuk, atau yang lainnya.
Ada dua unsur dalam strategi kreatif: cara pendekatan dan tahap pelaksanaan (eksekusi). Cara pendekatan erat kaitannya dengan apa yang dimaksud oleh Gilson dan Berkman sebagai jenis pendekatan atau type of appeal, yaitu: an appeal represent the creative attempt to motivate consumers toward some form of activity service. Ada lima cara pendekatan dalam menyampaikan sebuah pesan atau mendesain iklan, yaitu:
- Pendekatan rasional-emosional
- Pendekatan positif-negatif
- Pendekatan humor
- Pendekatan rasa takut
- Pendekatan sex
Berdasarkan pendekatan cara-cara di atas, dapat dilihat bahwa dorongan alamiah yang dimiliki manusia, berperan penting dalam cara-cara pendekatan pada penyampaian pesan atau periklanan. Penyampaian pesan dan periklanan memanfaatkan dorongandorongan
alamiah yang dimiliki manusia sebagai dasar pendekatan, terutama bila produk-produk yang ditawarkan tidak memiliki keuntungan nyata bagi penerima pesan.
Pengaruh dorongan ‘alamiah’ pada proses komunikasi dari penerima pesan, cenderung mengakibatkan pesan (perintah untuk membeli barang atau jasa yang diiklankan) diterima oleh konsumen berupa pemahaman secara kritis. Setelah menyusun cara pendekatan, dimulailah tahap pelaksanaan atau eksekusi.
Eksekusi adalah cara menampilkan pesan secara visual (menggunakan ilustrasi atau fotografi) maupun verbal (judul, sub judul, dan teks atau narasi). Ini dilakukan dengan mempertimbangkan media apa yang digunakan, serta apa kelebihan dan kekurangannya.
Oleh sebab itu, untuk memahami dan memudahkan Anda dalam proses peracangan iklan sampai selesai, sehingga iklan yang dibuat sampai pada sasaran, ada satu ilmu khusus yang mempelajarinya, yaitu Desain Komunikasi Visual. Untuk itu Anda harus memahami betul konsep dasar Desain Komunikasi Visual.
Label:
Kreativitas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 komentar:
Bagus. Terima kasih informasinya.