Language

Category

Hosting Indonesia

Konsep Dasar Aplikasi Periklanan (BAB II)

2.1. Desain Komunikasi Visual

Pada dasarnya, komunikasi merupakan penyaluran gagasan mengenai pemikiran atau sesuatu yang bersifat abstrak (nonfisik) ataupun benda (fisik), baik melalui verbal, tekstual, maupun visual.
Mengobrol dan diskusi, merupakan kegiatan komunikasi verbal. Surat, buku, koran, majalah, dan email merupakan contoh dari komunikasi tekstual. Sedangkan komunikasi visual dapat ditemukan
pada gambar, foto, dan tanda lalu lintas misalnya. Dan satu hal yang sering dilupakan banyak orang adalah olfactual atau komunikasi melalui indera penciuman dan peraba.

Secara garis besar, peranan komunikasi visual dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian:

  • Identitas/jatidiri/brand: di sini bentuk visual digunakan untuk menandai seseorang atau aspirasi kelompok, baik perusahaan, partai politik, negara, ataupun agama. Contohnya adalah: bendera, lambang, dan logo. 
  • Informasi/penerangan: bersifat memberitahu agar orang yang melihat (pembaca visual) mendapat pengertian. Contohnya: peta, rambu, dan papan penerangan. 
  • Persuasi/pembujukan: merupakan usaha agar orang yang melihat (pembaca visual) terpengaruh untuk mengikuti saran pemberi pesan. Ini dapat kita jumpai pada iklan dan kampanye. Kampanye ‘TV Sehat’ Unicef untuk anak Sekolah Dasar misalnya, dapat membujuk anak-anak agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu di depan televisi saja. 


Walaupun peranan itu terkesan terpisah-pisah, namun sesungguhnya sering terjadi pencampuran. Contoh kasus: perangko, yang semula hanyalah benda informatif tentang bukti porto yang dibayarkan, dalam perkembangannya fungsi perangko berubah menjadi identitas negara. Perangko juga menjadi alat persuasi wisata, kampanye sosial, bahkan agar bendanya sendiri menarik untuk dikoleksi.

Melalui contoh tersebut, kita bisa melihat betapa besarnya peranan persuasi dalam komunikasi (siasat menjual gagasan agar orang mau menerimanya). Membujuk dapat dikatakan sebagai bentuk yang lebih berbudaya dibandingkan dengan pemaksaan maupun penyogokan. Persuasi dilakukan melalui penawaran gagasan dalam suatu kondisi tertentu (yang menawarkan dan yang ditawari mempunyai kedudukan yang sama). Yang ditawari dapat menerima atau menolak tawaran. Situasi ini membuat penawar harus cerdik dalam menyampaikan maksudnya.

Latar belakang pihak yang ditawari menjadi pertimbangan utama. Kondisi dan situasi masyarakat yang dituju merupakan bahan penelitian pertama untuk mengetahui tabiat, kebiasaan, gambaran intelektual dan ekonomi, kesenangan, ketakutan, cita-cita, dan
aspirasinya. Mengenali lawan bicara atau target sasaran, menjadi syarat utama sebelum kita bisa mengobrol dan membujuk seseorang atau konsumen.

2.2. Proses Pencarian Ide

Berawal dari pengertian bahwa ‘desain’ merupakan sebuah proses pemecahan masalah, maka seorang desainer komunikasi visual dituntut untuk dapat merumuskan sebuah konsep desain atau karya visual sebagai pedoman dalam mendesain. Penilaian paling objektif berasal dari hasil analisa tentang hal-hal yang mempengaruhi persoalan tersebut.

Untuk memudahkan Anda dalam proses pencarian ide atau gagasan visual, berikut saya tampilkan kerangka berpikir seorang desainer komunikasi visual dalam mengambil keputusan (yang pada akhirnya menjadi sebuah pedoman desain atau konsep) melalui metode pohon ide (ideas tree). Perhatikan bagan berikut ini.


Keterangan gambar:

1. Akar Masalah
Masalah dianalogikan dengan akar pada pohon, yaitu: segala sesuatu yang berhubungan dengan pengertian atau definisi masalah, berdasarkan literatur. Pengertian tambahan, bila diperlukan,
adalah pembatasan masalah. Ini merupakan langkah awal yang penting. Semakin akurat memahami dan mengenali masalah, maka akan lebih mempermudah kita mendapatkan
ide, pengambilan keputusan (solusi masalah), dan membuat konsep desain.

2. Pengenalan Masalah
Pengenalan masalah ini diibaratkan dengan batang pohon, yaitu: studi tentang apa yang melatarbelakangi permasalahan, mengetahui tujuan, dan perencanaan menurut dimensi: pemilik, pemakai, pengguna, konsumen, konsumen potensial, masyarakat luas, tuntutan waktu, tempat, dan ekonomi. Proses ini tak kalah pentingnya dengan proses awal, semakin akurat memahami dan mengenali masalah, maka akan lebih mempermudah kita dalam pengambilan keputusan (solusi masalah).

3. Kriteria
Kriteria dimisalkan dahan pada pohon, yaitu: program dasar kebutuhan perusahaan/lembaga/pemilik/pemakai yang akan dialokasikan dalam perencanaan.
Program tersebut meliputi: Profil Klien (Visi, Misi, Tujuan, Jenis Usaha, Sejarah), Sistem Pemasaran (Prosedur, Persyaratan, dan lain-lain), Persyaratan Fungsional (Reliability, Ergonomic, Antopomerti), dan Persyaratan Kondisional (Adat, Budaya, Politik, Ekonomi).

4. Konstrain
Konstrain diumpamakan dengan parasit pada pohon, yaitu: segala sesuatu yang membatasi permasalahan dari segi teknis, seperti: ukuran standar, kemampuan teknologi, keterbatasan
media, keterbatasan budget, dan lain sebagainya.

5. Analisa Masalah
Analisa masalah dianalogikan dengan daun, yaitu: proses pengambilan keputusan yang didasari oleh analisa dari batasanbatasan tersebut di atas (kriteria dan konstrain).

6. Ide (Konsep Desain)
Ide (konsep desain) dimisalkan sebagai buah, yaitu: keputusan yang diambil, dan menjadi panduan seorang desainer komunikasi visual dalam membuat final art work. Konsep desain ini
merupakan jalan pemecahan atau analisa terbaik, untuk permasalahan yang dihadapinya.
Seperti contohnya: konsep umum (tema umum perancangan, berupa sebuah kalimat yang mencerminkan keseluruhan desain), konsep media (penentuan pemakaian bahan, teknik
pewarnaan, dan pengerjaan), konsep visual (layout, ilustrasi atau gambar, warna, tipografi, dan bentuk).

Oleh karena itu, masing-masing struktur pohon ide ini saling mempengaruhi satu sama lain, sehingga apabila ada salah satu yang prosesnya tidak mendalam, maka akan mempengaruhi yang lain dan hasil keseluruhannya.

Kecuali untuk konsep media, dalam penulisan konsep tidak dituliskan satu pernyataan yang mengarah pada satu arahan spesifik, yang hanya akan membatasi desainer. Keputusan ditulis dalam arahan sifat, untuk lebih membuka peluang kreativitas yang lebih tinggi.

Satu catatan penting dari saya, untuk masing-masing langkah, Anda bisa menggunakan metode 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How), SWOT (Strength, Weakness, Opportunity,
Threat), dan cara-cara lain yang dapat mendukung ketajaman analisa Anda.


2.3. Memahami Karakter Visual

Proses perancangan komunikasi visual dalam tataran operasional bukan saja persoalan memilih simbol visual yang tepat untuk informasi tertentu. Akan tetapi, bagaimana simbol tersebut diperlihatkan dan dikomunikasikan terhadap pembaca visual adalah tak kalah pentingnya. Dalam hal ini, karakteristik visual dari produk, perusahaan, atau lingkungan tertentu dapat dipandang sebagai simbol.

Setiap cara penggambaran simbol mempunyai dampak yang khas terhadap pembaca visual. Penggambaran simbol secara fotografis misalnya, akan cenderung tertangkap sebagai sesuatu yang nyata, realis, dan dramatis. Sementara itu, penggambaran secara karikatural,
cenderung menghasilkan kesan sebaliknya, tidak nyata, plastis, dan cenderung lebih rileks.

Berikut ini dapat Anda perhatikan dua contoh karya visual dengan talent yang sama (yaitu: tikus), namun dengan penggambaran yang berbeda. Kiri: permasalahan perdamaian antara negara Palestina dan Israel yang tak kunjung tercapai. Kanan: iklan Sampoerna A
Mild versi ‘Bukan Basa Basi: Apa harus ikut arus?’


Kesan apa yang muncul di benak Anda?

Ada hal penting yang perlu Anda perhatikan di sini, penggambaran dengan cara tertentu mungkin hanya berdampak kesan tertentu pula terhadap pembaca pesan dengan karakter tertentu, sementara penggambaran yang sama untuk pembaca pesan dengan latar
belakang yang berbeda, belum tentu mendapatkan interpretasi serupa.

Ini sangat berhubungan erat dengan karakter psikologis, latar belakang sosial, budaya, ekonomi, ideologis, bahkan agama yang dimiliki oleh masing-masing pembaca pesan. Oleh karena itu,
mengenali target sasaran yang akan diberi pesan secara cermat, merupakan harga mati yang harus dilakukan oleh seorang desainer komunikasi visual.

Begitu juga dengan kreativitas dalam mengkomunikasikan pesan visual. Kreativitas akan lahir dan akan lebih leluasa mengeksplorasi pesan visual, ketika Anda memahami dengan baik karakter target sasaran.

Untuk memudahkan Anda dalam proses pencarian ide atau gagasan visual, salah satunya Anda dapat menggunakan metode ‘pohon ide’ (ideas tree) seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sehingga Anda mendapatkan acuan atau konsep yang jelas dalam proses pendesainannya. Kemudian aplikasikan pada setiap elemen visual, baik corporate identity, promotion tool, dan lain sebagainya.

1 komentar:

gandjarsakri said...

Bagus. Terima kasih informasinya, sangat bermanfaat.

IP

Pengunjung

Info Lain

Daftar Pengikut

Web hosting murah

IdeBagus - Web Design dan hosting untuk website Indonesia